BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ar-Razi merupakan tokoh filsuf yang sangat terkenal, karya-karyanya
banyak dijadikan patokan oleh filsuf-filsuf dimasa sekarang. Dalam
autobiografinya pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis kurang dari 200 buah
karya tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Di samping karya-karyanya
yang hampir setiap aspeknya menyangkut bidang kedokteran, ada pula
karya-karyanya yang berkaitan dengan fisafat kimia, astronomi, tata bahasa,
teologi, logika, dan ilmu pengetahuan lain.
Bukunya paling besar adalah “Al-Hawi”, buku tersebut merupakan
sebuah ensiklopedia dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh seorang Yahudi. Namanya adalah Faraj Ibn
Salim, adapun di antara karya-karyanya yang lain adalah: Risalah tentang
Filsafat, Pengobatan Rohani, Sejarah Filsafat, Maqolah tentang metafisika, dll.
Banyak sekali ilmu-ilmu yang diBanyak sekali ilmu-ilmu yang di
populerkan dan di hasilkan oleh Ar-Razi. Oleh karena itu, saya mencoba untuk menjelaskan
tentang sepak terjang perjalanan Ar-Razi.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang dia atas, saya akan mencoba menjelaskan
tentang:
1.
Riwayat
hidup Ar-Razi ?
2.
Karyanya
?
3.
Filsafatnya
?
1.3
Tujuan
Agar
mengetahui riwayat hidupnya, karyanya semasa beliau hidup, filsafat yang
dihasilkan oleh Ar-Razi.
1.4
Manfaat
Menambah
pengetahuan dan mengetahui tokoh filsafat yang sudah terkenal di dunia, tentang
riwayat hidupnya, karya-karyanya yang sangat populer. Dan berbagai pemikiran
yang berkembang di zamannya.
1.5
Metode
Penyusunan
Untuk
menambah pengetahuan tentang Ar-Razi. Metode yang saya menggunakan buku-buku
referensi di perpustakaan untuk menambahkan bacaan yang di gunakan dalam
menyusun makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup
Nama lengkap Ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi.[1]
Dalam wacana keilmuan Barat dikenal dengan sebutan Rhazes. Beliau dilahirkan di
Ravy, di propinsi khurasan di sebuah kota tua yang dulu bernama Rhogee, dekat
Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 sya’ban 251M/865M.[2]
Ada beberapa nama tokoh lain yang juga di panggil Al-Razi, yakni
Abu Hatim Al-Razi, Fakhruddin Al-Razi dan Najmuddin Al-Razi. Oleh karena itu,
untuk membedakan Al-Razi sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain, perlu
datambahkan dengan sebutan Abu Bakar yang merupakan nama kun-yah-nya
(gelarnya).
Pada masa mudanya ia pernah menjadi tukang intan, penukar uang (money
changer), dan pemain kecapi, sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran. Ia
memperoleh repotasi yang demikian baikdalam bidang yang terakhir (kedokteran),
sehingga ia diangkat menjadi kepala rumah sakit di kota asalnya semasa usianya
kira-kira menjelang tiga puluh tahun, dan kemudian mengambil alih kepemimpinan
rumah sakit di Baghdad. Pada umumnya ia terkenal, seperti yang dikatakan sendiri
oleh para ahli, sebagai “dokter islam yang tidak ada bandingannya”.
Sebenarnya ayahnya berharap agar Al-Razi mengikuti profesinya
sebagai pedagang. Oleh karena itu, ayahnya membekali diri Al-Razi dengan
ilmu-ilmu perdagangan. Namun, ternyata Al-Razi lebih memilih bidang intelektual
dari pada pedagang. Hal ini, menurut Abdul Latif Muhammad Al-‘Abd, merupakan
indikasi bahwa ia memilih perkara-perkara yang lebih besar ketimbang hanya
mementingkan materi belaka.[3]
Perlu pula diingatkan tentang lingkungan Al-Razi tempat ia
berdomisili. Telah dimaklumi bahwa Iran, yang sebelumnya terkenal dengan
Persia, sejak lama sudah terkenal dengan sejarah peradaban manusia. Kota ini
merupakan tempat pertemuan berbagai peradaban, terutama peradaban Yunani dan
Persia. Dalam bidang penyatuan kebudayaan Persia dan Yunani inilah terletaknya
salah satu jasa dari Alexander Yang Agung pada tahun 331 SM.[4]
Oleh karena itu, tidak mengherankan kota-kota di Persia (Iran) ini telah
mengenal peradaban yang tinggi jauh sebelum bangsa Arab mengenalnya.[5]
Agaknya suasana lingkungan ini termasuk yang mendorong bakat Al-Razi tampil
sebagai seorang intelektual.
Disiplin ilmu Al-Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia,
kedokteran,dan filsafat. Ia lebih terkenal sebagai ahli kimia dan ahli
kedokteran dibanding sebagai seorang filosof. Ia sangat rajin menulis dan
membaca, agaknya inilah yang menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur
melemah dan akhirnya buta total. Akan tetapi, ia menolak untuk diobati dengan
mengatakan pengobatan akan sia-sia belaka karena sebentar lagi ia akan
meninggal. Akhirnya pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 M dalam usia
60 tahun.[6]
Al-Razi mengaku dalam autobiografinya telah menyusun tidak kurang
dari 200 karyatentang semua bidang pengetahuan fisika dan metafisik, karya medisnya
paling besar ialah “al-Hawi”, yang malah lebih dikenal dengan sebutan al-Jami’
yaitu ikhtisar ilmu kedokteran, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada
tahun 1279 dengan Continens dan beredar luas di lingkugan ilmu kedokteran
sampai abad ke-16.[7]
B.
Karya-karya
Al-Razi
Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis
sehingga tidak mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis. Dalam
autobiografinya ia pernah mengatakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari
200 buah karya tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.[8]
Karya tulisnya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab
al-Asrar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon.
Dalam bidang medis karyanya yang terbesar ialah al-Hawi yang merupakan
ensiklopediilmu kedokteran, diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul Continens
yang tersbar luas dan menjadi buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa
sampai abad ke-17. Kitab al-Judar wa al-Hasbah tulisannya yang berisikan
analisis tentang penyakit cacar dan campak beserta pencegahannya, diterjemahkan
orang kedalam berbagai bahasa barat dan terakhir ke dalam bahasa Inggris tahun
1847 M, dan dianggap buku bacaan wajib Ilmu kedokteran barat.[9]
Disamping karya-karyanya yang hampir setiap aspeknya menyangkut
bidang kedokteran, ada pula karyanya yang berkaitan dengan filsafat kimia,
astronomi, tata bahasa, teologi, logika, dan ilmu pengetahuan lain. Hanya
sejumlah kecil karya-karyanya yang sampai pada kita, diantaranya:
Ø Sekumpulan risalah logika berkenaan dengan kategori-kategori,
demokratis, isagoge, dengan logika, seperti yang dinyatakan dalam ungkapan
kalam islam.
Ø Materi mutlak dan Partikular.
Ø Plenum dan Vacum, Ruang dan Waktu.
Ø Fisika.
Ø Obat pencahar rohani.
Ø Jalan filosofis.
Ø Tentang jiwa.
Ø Metafisika menurut ajaran Plato.
Ø Metafisika menurut ajaran Sokrates.
1)
Pandangan
Ar-Razi tentang Moral
Pandangan ini dapat kita lihat dalam
bukunya “al-Tibb al Ruhani Sira al Falsafiyyah”, menurutnya dalam hidup ini
kita jangan terlalu zuhud dan juga jangan terlalu tamak. Maksudnya kita harus
menyesuaikan kebutuhan harus seimbang.
Risalah etika Ar-Razi yang cukup
terkenal, Obat Pencahar Rohani (Spiritual Physic), merupakan sebuah
penjelasan yang terpercaya mengenai ajaran Plato tentang jiwa yang mempunyai
tiga bagian seperti yang dikemukakan dalam Republik, dan senam (yang ia sebut
“obat pencahar rohani”) disatu pihak, dan senam (yang ia sebut “obat pencahar”)
di pihak lain, untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan yang menurut ajaran
Plato merupakan tanda lurusnya moral spiritual jiwa.[10]
2)
Metafisika
Ar-Razi
Lima prinsip yang kekal yang
merupakan ajaran pokok metafisika Ar-Razi adalah materi, ruang, waktu, jiwa,
dan pencipta ( Bari, Demiurgus).
Materi memerlukan sebuah locus
tempat ia tinggal. Ruang dipahami oleh Ar-Razi sebagai sebuah konsep abstrak,
yang berbeda dengan “tempat” (tonos) Aristoteles, tidak dapat dipisahkan secara
logis dari tubuh.
Pemikiran Ar-Razi tentang kelima
postulat, yaitu
a.
Tuhan
Tuhan adalah pencipta segala yang ada di dunia ini. Kekuasaan-Nya
tidak ada yang menyamai.
b.
Jiwa
Universal
Karena menyadari kebodohannya jiwa tertarik pada benda agar dapat
memperoleh kesenangan material. Melihat nasib jiwa yang demikian ini. Jiwa mendekat
pada tubuh, tubuh meronta, melihat nasib jiwa yang tragis ini kemudian tuhan
berkenaan menolongnya dengan jalan membentuk alam ini dalam suasana yang kuat
sehingga roh dapat memperoleh kesenangan material didalamnya.
c.
Benda
Benda pertama terdiri dari atom-atom. Masing-masing atom membentuk
volume. Tanpa adanya penggabungan dari atom-atom tadi tak akan ada sesuatu yang
berwujud.
d.
Ruang
Absolut
Ruang absolut tidak menggabungkan wujudnya pada alam maupun
benda-benda yang membutuhkan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti di isi oleh
benda, ruang ini disebut ruang relatif.
e.
Masa
Absolut
Waktu pun menurutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu waktu absolut
dan waktu yang terbatas. Waktu absolut ialah perputaran waktu, sifatnya yang
bergerak kekal. Waktu yang terbatas ialah waktu yang diukur berdasarkan dan
pergerakan bumi, matahari dan bintang-bintang.
C. Filsafat Ar-Razi
1.
Lima
Kekal (kadim)
Filsafat
Ar-Razi terkenal dengan ajarannya Lima yang Kekal, yakni : al-Bary Ta’ala
(Allah Ta’ala), al-Nafs al-Kulliyat (Jiwa Universal), al-Hayula
al-Ula (Materi pertama), al-Makan al-Muthlaq (Tempat/Ruang Absolut)
dan al-Zaman al-Muthlaq (Masa Absolut).
Menurut
Ar-Razi Allah Maha Pencipta dan pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan
Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi dari bahan yang
telah ada.
Jiwa
universal merupakan al-Mabda’ al-Qadim al-Sany (sumber kekal yang kedua). Padanya
terdapat daya hidup dan bergerak, sulit diketahui karena ia tanpa rupa tetapi
karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan al-hayula al-ula (materi
pertama), terjadilah pada zatnya rupa yang dapat menerima fisik. Ruang difahami
Ar-Razi sebagai konsep yang abstrak, yang berbeda dengan Aristoteles yang
mengatakan “tempat” tidak bisa dipisahkan secara logis dari tubuh yang
menempatinya.
Waktu
dibedakan menjadi dua yaitu: waktu mutlak ( tak terbatas) di sebut dengan
al-dahr bersifat kadim dan substansi yang bergerak atau mengalir (jauhar
yajri). Sementara itu waktu mahshur (terbatas) adalah waktu yang berlandaskan
pada pergerakan planet-planet, perjalanan bintang-bintang, dan mentari. Waktu
terbatas ini tidak kekal, yang ia sebut al-waqt.
2.
Akal,
Kenabian dan Wahyu
Akal
menurutnya karunia Allah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia dapat
memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang
Allah.
Ar-Razi
lebih terkenal sebagai ahli dalam ilmu kedokteran (sains) ketimbang ilmu
spekulatif (filsafat). Oleh karena itu, dalam penjelasannya tentang akal
berdasarkan semangat rasional empiris eksperimental, hal yang mengesankan ialah
bahwa ia hanya percaya pada akal semata dan tidak lagi percaya kepada wahyu.
Badawi menerangkan alasan-alasan Ar-Razi dalam menolak kenabian sebagai
berikut:
a)
Akal
sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna
dan tidak berguna. Dengan akal saja manusia mampu mengetahui Allah dan mengatur
kehidupannya dengan sebaik-baiknya.
b)
Tidak
ada alasan yang kuat bagi pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing semua
orang karena semua orang lahir dengan kecerdasan yang sama.
c)
Para
nabi saling bertentangan.
Kemudian
Ar-Razi juga mengkritik agama secara umum. Ia juga menjelaskan kontradiksi
Yahudi, Kristen, Mani dan Majusi secara rinci. Bahkan lebih lanjut ia katakan
tidaklah masuka akal Allah mengutus para Nabi sebab mereka menimbulkan
kemudorotan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riwaya
Hidupnya:
Nama
lengkap Ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi. Dalam wacana keilmuan Barat
dikenal dengan sebutan Rhazes. Beliau dilahirkan di Ravy, di propinsi khurasan
di sebuah kota tua yang dulu bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran
pada tanggal 1 sya’ban 251M/865M.
Karyanya:
Karya tulisnya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab
al-Asrar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon.
Dalam bidang medis karyanya yang terbesar ialah al-Hawi yang merupakan
ensiklopediilmu kedokteran, diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul Continens
yang tersbar luas dan menjadi buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa
sampai abad ke-17. Kitab al-Judar wa al-Hasbah tulisannya yang berisikan
analisis tentang penyakit cacar dan campak beserta pencegahannya, diterjemahkan
orang kedalam berbagai bahasa barat dan terakhir ke dalam bahasa Inggris tahun
1847 M, dan dianggap buku bacaan wajib Ilmu kedokteran barat.
Filsafatnya:
1.
Lima
Kekal (kadim)
2.
Akal,
Kenabian dan Wahyu
B. Saran
Saya
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi para pembaca. Dan menambah
pengetahuan kita tentang Ar-Razi.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Filsafat Islam, Jakarta: Pineka Cipta, 2004
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2010
[1]
Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya.(Jakarta:PT Raja
Grafindo persada.2010) hlm.113.
[2]
Ibid, . hlm.113. (mengutip M.M. Syarif , (Ed)., The History of Muslim
Philosophy, (New york: Dovers Publication,1967), hlm.434.)
[3]
Ibid, . hlm.114. (mengutip Abdul Latif Muhammad Al-‘Abd, Ushul al-Fikr
al-Falsafy ‘inda Abi Bakr Al-Razi, (Kairo:al-Mathba’ah al-Fanniyah
al-Hadishah,1977), hlm.14)
[4]
Ibid. , hlm.114. (mengutip Harun Nasution, Falsafat dan Misticisme dalam
Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), hlm. 8).
[5]
Ibid. , hlm.114. (mengutip Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,
(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), jilid II, hlm. 243).
[6]
Ibid. , hlm.115. (mengutip menurut T.J. De Boer Al-Razi wafat tahun 923 M.
Lihat bukunya: Tarikh al-Falsafat fi al-Islam, diterj. Ke bahasa Arab
oleh Muhammad ‘Abd Al-Hady Abu Zaidah, (Kairo: Mathba’ah Lajnat al-Ta’lif wa
al-Nasyr, 1954), hlm. 115).
[7]
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Pineka Cipta, 2004), hlm. 54.
[8]
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2010), hlm. 116. (mengutip Al-Razi, Rasa’il Falsafiyat,
(Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidat, 1982), hlm. 109).
[9]
Ibid. , hlm. 116.
[10]
Sudarsono, Filsafat Islam,(Jakarta:Pineka Cipta,2004), hlm.56 (mengutip
Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, Op. Cit; hlm. 153)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar