BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Qashash merupakan kisah-kisah para Nabi dan Sahabat yang terkandung
dalam al-Qur’an dan merupakan sebagai acuan kita untuk mengetahui ajaran-ajaran
yang sudah ada beserta kisah-kisah tauladan yang sudah ada, dan berkembang
sejak dulu. Dalam peristiwa itu mengandung pesan-pesan dan pelajaran mengenai
berita-berita bangsa terdahulu yang telah musnah, maka rasa ingin tahu untuk menyingkap
pesan-pesan dan peristiwanya merupakan faktor paling kuat yang tertanam dalam
hati. Dan suatu nasihat dengan tutur kata yang disampaikan secara monoton,
tidak variatif tidak akan mampu menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun
tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasehat itu dituangkan dalam bentuk
kisah yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Maka
akan meraih apa yang akan dituju, begitu pula peminat masyarakat untuk membaca
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra yang memuat suatu kisah, dewasa ini telah menjadi disiplin
seni yang khusus diantara seni-seni lainnya dalam bahasa dan kesustraan. Tetapi
“kisah-kisah nyata” al-Qur’an telah membuktikan bahwa redaksi kearaban yang
dimuatnya secara jelas menggambarkan kisah-kisah yang paling tinggi nilainya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari keterangan diatas pasti akan banyak masalah yang akan timbul,
tapi kami hanya akan membahas tentang :
1.
Pengertian
Qashash ?
2.
Jenis-jenis
kisah dalam al-Qur’an ?
3.
Pengaruh
kisah-kisah al-Qur’an dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
Berdasarkan hasil rumusan diatas kami akan membahas tentang :
1.
Apa
itu pengertian Qashash al-Qur’an?
2.
Apa
saja jenis-jenis kisah dalam al-Qur’an ?
3.
Apa
pengaruh kisah-kisah al-Qur’an dalam pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Qashash
Al-Qashash yang artinya cerita.[1]
Cerita atau kisah berasal dari kata al-qashashu yang berarti mencari
atau mengikuti jejak. Dikatakan, “qashashtu atsarahu” artinya,
“saya mengikuti atau mencari jejaknya. Kata al-qashash adalah bentuk masdar.[2]
Seperti firman Allah:
QS. Al-Kahfi : 64
tA$s% y7Ï9ºs $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ
64.
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Maksudnya, kedua orang dalam ayat itu kembali lagi untuk mengikuti
jejak dari mana keduanya itu datang. Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa.[3]
QS. Al-Qashash : 11
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% ( ôNuÝÇt7sù ¾ÏmÎ/ `tã 5=ãZã_ öNèdur w
crããèô±o ÇÊÊÈ
11.
dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah
dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya,
Maksudnya, ibu berkata kepada putrinya yang sudah dewasa sehingga
dapat memahami apa yang dikatakan padanya, “ ikutilah jejaknya dan pantaulah.”
Maka dia melihat Musa dari kejauhan, sedangkan mereka tidak menyadari bahwa dia
terus mengikuti Musa, memantau keadaannya, dan bahwa dia adalah saudaranya.[4]
Qashash al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang nubuwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an
banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,
keadaan negri-negeri, dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan
semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.[5]
B.
Jenis-jenis
Kisah dalam Al-Qur’an
1)
Kisah
para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat
ynag memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya Kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun,
Isa, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul lainnya.[6]
Misalnya kisah mengenai nabi Musa:
“Nikmat Allah kepada Musa tatkala dewasa”
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah menceritakan bahwa Dia telah
melimpahkan nikmat-Nya kepada Musa diwaktu kecil, seperrti menyelamatkannya
dari kebiasaan setelah diletakkan di dalam peti dan dilemparkan ke sungai,
serta menyelamatkan dari penyembelihan yang melanda anak-anak Bani Israil.
Allah menceritakan bahwa Dia melimpahkan nikmat kepadanya ketika dewasa,
seperti memberinya ilmu dan hikmah, kemudian mengutusnya sebagai Rosul dan Nabi
kepada Bani Israil dan bangsa Mesir. Selanjutnya, Allah menceritakan bahwa Musa
membunuh seorang bangsa Mesir yang berkelahi dengan orang Yahudi dengan tinju
yang mengakibatkan kematiannya. Lalu Musa memohon ampun kepada Tuhan atas
perbuatannya tersebut, dan bertekat untuk tidak menolong seorang yang sesat dan
berdosa. Tetapi, manakala melihat perkelahian yang lain antara orang Yahudi
tersebut dengan orang Qibthi yang lain, Musa terdorong untuk menolong kembali
orang Yahudi tersebut.[7]
2)
Kisah-kisah
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan
orang-orang yang tidak di pastikan kenabiannya.
Misalnya, kisah orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu
jumlahnya karena takut mati. Dua orang putra Adam, Maryam, pasukan gajah (ashabul
fill).[8]
3)
Kisah-kisah
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Rosululloh,
seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali ‘Imron, Isro’ Mi’roj.
Ø Faedah kisah-kisah al-Qur’an
Kisah-kisah
dalam al-Qur’an mempunyai banyak hikmah, diantaranya:
1)
Menjelaskan
asas-asas dakwah menujun Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa
oleh para Nabi.
2)
Meneguhkan
hati Rosululloh dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan
orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya
kebatilan dan para pembelanya.
3)
Membenarkan
para Nabi terdahulu, mengihupkan kenangan terhadap mereka serta mengapdikan
jejak dan peninggalannya.
4)
Menampilkan
kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang
cerita orang-orang terdahulu sepanjang kurun dan generasi.
5)
Menyingkap
kebohingan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan yang semula mereka
sembunyikan, kemudian menantang mereka dengan menggunakan ajaran kitab mereka
sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu di ubah dan di ganti.
6)
Kisah
termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik para pendengar
mempengaruhi jiwa.
C.
Pengaruh
kisah-kisah al-Qur’an dalam pendidikan
Kisah yang baik dan cermat pasti tidak akan diragukan lagi
pengaruhnya bagi kehidupan. Kisah tersebut akan digemari dan dapat menembus
relung jiwa manusia dengan mudah sehingga segenap perasaan akan mengikuti alur
kisah tersebut tanpa merasa jemu dan kesal. Akalpun demikian, pasti dapat
menelusuri kisah tersebut dengan baik.
Sama halnya dalam penerimaan pelajaran. Pelajaran yang disampaikan
dengan metode khutbah dan ceramah akan menimbulkan kebosanan dalam
penerimaannya, seseorang yang masih muda dan masih dalam perkembangan akan
merasa sulit menangkapnya. Oleh karena itu, dengan metode narasi kisah akan
sangat bermanfaat dan mengandung banyak faedah. Pada umumnya anak-anak suka
mendengarkan cerita-cerita. Dengan metode cerita, biasanya mereka akan cepat
menampung sesuatu yang diceritakan dan akan lebih mudah dalam mengingatnya.
Dalam hal ini, secara otomatis mereka juga dapat menirukan dan
mengisahkannya. Inilah fenomena fitrah jiwa yang tentunya perlu mendapat
perhatian para pendidik dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan agama
yang merupakan esensi pengajaran dan rambu-rambu pendidikan.
Di dalam al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang menjadi lahan subur
dalam membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya seperti
pola hidup para Nabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah
dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa. Semua itu dikatakan
dengan benar dan jujur. Para pendidik harus mampu menyuguhkan kisah-kisah
al-Quran dengan bahasa yang mampu diterima oleh pelajar dan sesuai dengan
tingkat nalar. Sejumlah kisah keagamaan yang disusun oleh Sayyid Quthb dan
Ustadz As-Sahr telah berhasil memberikan bekal bermanfaat dan berguna bagi
anak-anak kita, dengan keberhasilan yang tiada bandingannya.
Demikian pula Al-Jarim telah menyajikan kisah-kisah al-Qur’an
dengan gaya sastra yang indah dan tinggi, serta lebih banyak analisis mendalam.
Alangkah baiknya andaikata orang lain pun menngikuti dan meneruskan metode baik
ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cerita atau kisah berasal dari kata al-qashashu yang berarti
mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan, “qashashtu atsarahu”
artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya. Kata al-qashash adalah bentuk
masdar. Jenis-jenis kisah al-Qur’an diantaranya : kisah para Nabi, kisah yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan
orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya, dan kisah yang berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rosululloh. Dan pengaruh
kisah-kisah al-Qur’an dalam pendidikan, Kisah yang baik dan cermat pasti tidak
akan diragukan lagi pengaruhnya bagi kehidupan. Kisah tersebut akan digemari
dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah sehingga segenap perasaan
akan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jemu dan kesal. Akalpun
demikian, pasti dapat menelusuri kisah tersebut dengan baik.
[1]
Al-Hafisdz. Ahsan W. Kamus Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: AMZAH.2008),
cet.III. hlm. 235
[2] Al-Qathan,
Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: al-Kautsar.2005), hlm.
386
[3] Ibit,
. hlm. 387
[4]
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Tafsir Al-Maraghi. (Semarang: CV. Toha Putra.),
hlm. 64
[5]
Al-Qathan, Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: al-Kautsar.2005),
hlm. 387
[6] Ibit,
. hlm. 387
[7]
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Tafsir Al-Maraghi. (Semarang: CV. Toha Putra.),
hlm. 69
[8]
Al-Qathan, Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta:
al-Kautsar.2005), hlm. 387-388
The Casino - drmcd
BalasHapusOur brand has been operating since 2006. We offer the 성남 출장마사지 most 경기도 출장안마 trusted, most 당진 출장샵 exciting 의정부 출장안마 casino games around. Play with your family or friends.Casino 태백 출장샵 Games · Promotions · Contact Us